RAVEN
Karya : Fairruz Zaahii ‘Abid
“Sekelompok
Mayat ditemukan di daerah ke-13, polisi masih menyelidiki kasus ini. Beberapa
orang menyimpulkan pembunuh adalah seorang raven”.
Jelas penyiar berita di TV.
Di dunia ini ada 2 makhluk yang memiliki akal yaitu Manusia dan Raven, Raven
memiliki perbedaan kemampuan Fisik dengan manusia, Selain tenaganya yang lebih
kuat. Raven memiliki sebuah alat untuk membunuh. Ada 3 jenis di bagian belakang
tubuhnya, yang di bagian pundang di namakan Renport, di bagian punggung
dinamakan Viport, dan di bagian tulang ekor di namakan Biport, Raven hanya
dapat bertahan hidup dengan memangsa Organ dalam manusia.
Namaku Fai, Pelajar SMA kelas 2 biasa. Semua orang di
dunia ini pasti punya rasa takut terhadap Raven. Tapi kami semua berusaha hidup
seperti biasa. Asal muasal Raven memang tidak di ketahui, apakah mereka ada
sebelum manusia, atau mereka lahir bersamaan dengan manusia. Aku memang sedikit
tertarik dengan dunia Raven, aku sering mengambil Foto di tempat kejadian
pembunuhan oleh Raven, dan menelitinya.
Hari ini aku sedang
berjalan santai di tengah kota. Aku bosan menghabiskan hari liburku hanya
diapartmen ku saja, aku tinggal sendiri, ibu ku sudah meninggal di umur ku yang
ke- 4 tahun. Dan aku di asuh oleh kakak dari ibuku dari saat itu, sedangkan
ayah ku sudah meninggal sebelum aku lahir. Di jalan aku bertemu Rika, teman
sekelasku. Ia perempuan yang cantik, aku sudah menyukainya sejak awal masuk
SMA. Dia memakai jaket hangat dan rok mini, dengan memakai stocking panjang
menutupi kakinya. Dan syal hangat. Sekarang memang sudah waktunya musim dingin.
“Selamat pagi”, sapa rika.”Pagi…”
” tumben kamu keluar rumah…”
” ah…iya lagi
bosen nih, kamu? ”
“ Aku mau beli buku Sherlock holmes terbaru.”
” Edisi yang ke 6? Emang udah keluar
ya? ” Tanya ku.
“iya baru 2 hari yang lalu, kamu suka juga?”
”kayaknya aku juga
mau beli, boleh ikut?”
”Oh… yaudah sekalian aja yuk” balas Rika dengan senyum.
Aku berhasil mengajak Rika secara tidak langsung. Kami berdua ke toko buku. Di
perjalanan kami banyak berbicara tentang buku Sherlock Holmes. Setelah itu kami
makan siang. Tak sadar waktu sudah sore. Kami harus segera pulang, karena
sangat berbahaya waktu di malam hari.
Aku menemani Rika
pulang kerumahnya. Aku melihat Rika tampak tidak baik dari raut wajahnya.
“
kamu baik-baik saja? ”, aku khawatir.
“ ah tidak
apa”, Rika hanya membalas lemas.
hari semakin gelap, tiba tiba rika mengajak ku arah Jalan yang sepi. Aku
tak sadar kalau jalan ini tidak ada orang sama sekali. Tiba tiba langkah
kakinya berhenti. Dan berpaling kearahku. Aku melihatnya tersenyum perlahan
senyumananya makin melebar dan menjadi jadi.
“Tsk… ”
. Aku merasakan darah
melebar di perutku. Sebelum aku tersadar, telah ada sebuah benda yang menusuk
perutku, dan menembus organ dalam ku.
“AAAaaaaarrgghhh… ”
Aku berteriak sangat
keras. Rasa sakit mulai terasa perlahan-lahan. Aku merasakan benda itu bergerak
merobek organ dalam perutku. Air mataku mengalir membasahi wajah ku bersamaan
menahan rasa sakit.
“R…Rika… kau…”
“Ya, Ya, Aku Raven. Harus kuakui hari ini
memang menyenangkan bersamamu. Bagaimana kalau kau menjadi Menu makan malamku?
Hahahaha…” Rika tersenyum lebar dan menyeramkan.
Matanya yang berubah, berwarna
hitam dengan pupil berwarna Biru menyala itu membuat dirinya seakan akan adalah
ratu iblis. Dengan menahan rasa sakit, aku mencabut benda yang merobek perutku,
dengan kedua tangan ku.
“Zrashh… ”.
Aku berhasil mencabutnya, ternyata setelah
kulihat benda itu seperti ekor dengan warna biru gelap dan juga beberapa cahaya
berwarna ungu. Tanpa perlu berfikir panjang, Aku berlari untuk mencoba kabur.
Tapi usaha yang seperti itu hanya sia sia saja, beberapa ekor tumbuh dengan
cepat dari belakang tubuhnya. Dan menusuk sendi lutut kaki kananku. Aku
terjatuh sesaat itu juga. Daguku menghantam tanah dengan kencang. Bentuk ekor
ini lebih kecil dari sebelumnya. Aku mencoba melepasnya lagi.
“Bruukk…”
Aku di
hantam dengan ekornya lagi hingga menghancurkan dinding bangunan yang ada
disitu. Debu yang berterbangan menghalangi pemandangan ku. penglihatan ku
samar-samar. Aku hanya bisa melihat mata biru yang menyala nyala saja. Aku akan
mati disini kupikir.
“Boooomm…”
Tetapi tiba tiba cahaya biru itu menghilang
bersamaan dengan bunyi ledakan.
Aku
melihat seseorang menggunakan Topeng datar berwarna putih polos, menyerang
Rika. Orang itu menggunakan Jas seperti seorang pesulap dengan celana yang
lebar di ujungnya dan sarung tangan putih. Pernak Pernik cahaya dari bajunya
membuatnya seperti baju mahal. Aku tidak tau siapa orang itu, tapi ia mencoba
melawan Rika. LARI! Itu yang otak ku katakan. Tapi tubuhku tidak merespon. Aku
tak bisa bergerak. Aku terlalu lemas untuk menggerakan jariku. Orang yang
menggunakan topeng tersebut mencoba menggambil sesuatu di sakunya. Jarum
Suntik! Ia lalu berlari menuju kearah Rika dengan cepat. Dengan spontan Rika
langsung menggerakan ekornya menju ke orang tersebut.
Orang itu melompat tinggi
untuk menghindar. Dan memutarkan badannya untuk membuat tendangan secara
horizontal. Sekali lagi Rika terhempas. Orang bertopeng itu lalu menumbuhkan
sebuah sayap di pundak kanannya berwarna merah gelap. Sayap tersebut membesar
perlahan dan bercabang. Lalu di sayapnya timbul tonjolan kecil yang sangat
banyak. Tonjolan itu menjadi tajam dan mengkristal, lalu dengan kencangnya
terlepas dari sayap itu. Seperti kecepatan peluru pada pistol. Menuju kearah
Rika.
“Aaaaaaarrrgghhh…” Rika Teriak histeris
seluruh tubuhnya tertusuk. Darah
yang menggenang di tanah sangat banyak. Orang bertopeng itu menusukan Suntikan
nya Ke bola mata Rika. Rika berteriak lebih kencang, raut wajahnya mengerut
seluruhnya, gigi taringnya terlihat karena mulutnya yang terbuka lebar.
“Sialan, Sialan, sialaaaaaaaaaaaaan!!!”
Rika berteriak kesakitan. Orang
bertopeng itu memperoleh cairan yang tersimpan di suntikanya dari mata Rika.
Orang itu lalu mengarah ke diriku. Berjalan berlahan membawa suntikanya.
“Tsskk…”
“AAAAAAAAaaaaaaaaaarrrrrrggggghhhhhhh…..” Ia menyuntikan cairan tadi
tepat di bawah mataku kananku.
Seluruh cairannya di masukan kedalam tubuhku.
Aku merasakan semua urat di mata kananku mengencang. Dan mengeluarkan darah.
Dan aku pun tak sadarkan diri.
Kehampaan...
itu yang aku lihat. Tubuhku terasa ringan sekali. Seperti Bungan dandelion yang
melayang. Aku berfikir telah mati. Ada cahaya berwarna biru redup di kejauhan.
Aku melayang kearah cahaya tersebut. Perlahan cahaya biru itu membesar dan
semakin terang. Saat aku menyentuh nya. Tiba tiba cahaya itu merasuki tubuhku
seperti roh. Melewati mata kananku.
Aku
membuka mataku, hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu. Setelah aku
tersadar secara penuh. Aku bertelanjang dada. Ada sebuah kabel kabel kecil yang
menempel di tubuhku. Dan aku berbaring di sebuah Kasur yang keras. Aku melihat
sekeliling, banyak sekali debu di ruangan ini. Dan alat alat aneh yang tidak ku
ketahui. Aku mencoba bangun. Aku duduk di Kasur dengan kaki menyentuh lantai.
Lantai ini sangat dingin. “dimana ini…” aku berfikir sejenak, dan melihat pintu
keluar. Aku mencoba berdiri. Dan berjalan menuju pintu bertuliskan Exit itu.
Aku benar benar kebingungan. Aku melihat bajuku ada di sebuah meja yang berdebu
dengan lampu belajar yang menyala. Aku yakin ada yang membawa ku kesini. Aku
mengambil baju hitamku dan memakainya. Setelah itu aku keluar dari ruangan. Aku
berada di gang kecil yang berbeda dari semalam. Aku berfikir bagaimana keadaan
Rika saat ini. Tapi aku tidak peduli lagi. Setelah melihat dia yang sebenarnya.
Aku berjalan menyusuri gang tersebut.
Ada serpihan cermin yang berada di atas
tempat sampah. Sekilas aku melihat sesuatu di cermin itu. Aku memeriksanya
lagi. Aku kaget. Mataku berubah menjadi hitam gelap dengan pupil berwarna biru
menyala.
“Mustahil… ini kan mata yang dimiliki Rika!?” Aku terkejut bukan main.
Hati seperti membeku. Apa yang terjadi dengan mataku. Tiba tiba tercium aroma
yang sangat enak. Aroma yang belum pernah kucium sebelumnya seperti aroma
masakan kelas dunia. Aku menghampiri asal dari aroma tersebut. Sampai lah di
pertigaan gang, aku berbelok kearah kiri mengikuti aroma. Aku sangat kelaparan.
Setidaknya aku bisa meminta kepada orang yang memasak makanan. Aroma nya
semakin menjadi jadi. Aku yakin sudah dekat. Setelah aku sampai. Aku melihat
sebuah lengan dan kaki manusia di gantung di dinding bangunan dengan kail.
Seperti penjual daging di pasar. Ada juga jantung yang di masukan kedalam
toples berisi air. Dan juga beberapa bagian tubuh manusia yang bergeletakan di
tanah beralaskan koran. Aku merasa mual melihat itu semua. Tetapi di lain sisi
aku sangat ingin memakannya. Aroma enak tersebut berasal dari itu semua.
“Aku
tertarik dengan semua ini?”
aku berbicara pelan terhadap diriku sendiri. Saraf
yang berada di sekitar mata kananku kembali mengencang. Otak ku memerintahkan
untuk makan! Tapi aku adalah manusia. Tidak mungkin aku akan makan makanan
seorang Raven. Aku menahan diri ku untuk tidak menyentuh potongan tubuh manusia
itu. Di kejauhan aku melihat bayangan seseorang.
“hey… beraninya kau ingin
mencuri makanan ku!” orang itu berteriak.
“heh? Aku tidak…” tanpa pikir panjang
orang itu langsung berlari dengan mata sepertiku kearahku.
“BRUK…” ia memukul
ke arahku.
Tangan ku silangkan untuk menahan dampaknya. Tapi percuma. Dia
sangat kuat. Aku terhempas hingga menabrak tempat sampah. Debu berterbangan
sehingga pandangan pun terhalang. Kugunakan kesempatan ini untuk kabur. Entah
mengapa waktu cepat berlalu. Sekarang sudah senja. Aku berlari tanpa arah.
Orang itu tetap mengejarku. Kali ini ia memakai topeng berwarna hitam. panjangnya
dari kening sampai hidung dengan satu
bolongan mata di kanan.
Aku
berlari menju lapangan yang cukup luas dan sepi. Aku tidak tau mau kemana lag.
Jalan buntu! Sedangkan orang itu sudah menyusulku. Orang itu menumbuhkan ekor dari punggungnya. Berwarna hijau
kebiru biruan. Ekor itu
dililitkan ke tangan kirinya. Menjadi tajam dan runcing. Dengan gelembung yang
muncul di Ekornya.
“Mati Kau…” Orang itu lompat kea rah depan dengan jauhnya menuju ke arahku.
Bersamaan dengan menyayat dengan tangan kirinya. Aku menghindarinya. Tiba tiba
saja aku mempunyai refleks yang sangat bagus. Di serangan kedua dadaku tersayat
oleh Ekornya. Cukup dalam. Tapi aku dapat
menahannya.
Tiba tiba muncul lagi 3 Ekor dari punggungnya. Dan di arahkan ke
jantungku. Semunya tertancap di jantungku. Dan di gerakan secara berputar.
Sehingga jantungku terobek. Rasanya sakit. Aku berteriak dengan kencang.
Setelah kejadian yang semalam aku akan mengalami kejadian yang sama lagi. Ekor yang di tanganya itu memotong tangan
kananku. Tepatnya di urat nadiku. Darah mengucur ke tanah dengan deras. Sakit!
Sakit sekali! Seumur hidup aku tak pernah merasakan nya. Mataku mengencang.
Tubuhku lalu berdetak seluruhnya. Aku merasakan pembuluh darah yang bergejolak.
Kesadaran ku hanya setengah. Aku merasakan ada yang tumbuh di daerah punggung ku.
benda ekor berwarna
biru keunguan gelap. Seperti milik Rika. Muncul 6 buah dengan cepat dan ganas
sehingga baju ku robek. Aku merasakan peningkatan kemampuan fisik ku. aku masih
dapat bergerak walau jantungku telah di robek. Aku mencabut ekornya dengan tangan satu. Dan begian
tangan ku yang terpotong mengeluarkan asap. Aku merasakan ada yang tumbuh di
daerah itu. Hanya sebentar, sehingga tangan ku beregenerasi dengan cepat.
Tubuhku sulit di kendalikan.
Dengan
sekejap, aku mengancurkan tanah untuk menciptakan retakan yang besar. Orang
tersebut lompat mundur untuk menghindarinya. Sebelum orang itu mendarat di
tanah. Aku sudah berlalri dengan cepat kearahnya. Dan meninjunya di wajah
dengan sekuat tenaga. Hingga menghancurkan tiang basket yang ada di lapangan.
Tiang yang rubuh dimanfaatkanya untuk di lempar kearah ku. Aku memotong nya
menjadi dua bagian di udara, dengan 1 ekor
yang kumiliki.
Aku
melompat ke langit dengan tinggi. Dan memanjangkan ke-lima Ekor lu kearah orang tersebut dengan cepat.
“Ziinnggg…”
Orang itu menangkisnya dengan ekornya.
Kami beradu kekuatan. Bersamaan dengan itu. Ekor
yang ke enam ku memekar seperti bunga. Dan mengeluarkan semacam Kristal yang
perlahan keluar. Pedang! Kristal itu mempunyai tempat genggaman yang terbuat
dari karet. Dan permata di gagangnya. Bilah pedangnya terbuat darri Kristal
yang tipis. Aku mengambilnya. Lalu menjatuhkan diriku ke bawah sembari
mengarahkan pedangku kemata orang itu.
“Zrasshh…”
Pedangku menembus mata
kirinya. Aku memutar pedangku agar menambah rasa sakit yang diterimanya.
Sebelum aku menginjak tanah, aku mencabut pedang itu dan menyayat tubuhnya.
Darah yang melayang di udara mengenai tubuh ku dan juga mengotori bilah
pedangku. “Apa yang kau lakukan!?” orang itu berteriak dengan kencang bersamaan
menghentikan pendarahan di matanya dengan kedua tangannya.
Dan perlahan ia mulai melemas. Dan
terjatuh berbaring di tanah, dengan keadaan Ekor
yang masih keluar. Aku tertawa puas dan melihat kearah rembulan. Lalu aku
mengambil topeng yang di pakai orang itu di tanah. Aku memakainya lalu menjauh
dari mayat itu.