Selasa, 27 Januari 2015

Raven

RAVEN

Karya : Fairruz Zaahii ‘Abid

            “Sekelompok Mayat ditemukan di daerah ke-13, polisi masih menyelidiki kasus ini. Beberapa orang menyimpulkan pembunuh adalah seorang raven”. 

Jelas penyiar berita di TV. Di dunia ini ada 2 makhluk yang memiliki akal yaitu Manusia dan Raven, Raven memiliki perbedaan kemampuan Fisik dengan manusia, Selain tenaganya yang lebih kuat. Raven memiliki sebuah alat untuk membunuh. Ada 3 jenis di bagian belakang tubuhnya, yang di bagian pundang di namakan Renport, di bagian punggung dinamakan Viport, dan di bagian tulang ekor di namakan Biport, Raven hanya dapat bertahan hidup dengan memangsa Organ dalam manusia.

            Namaku Fai,  Pelajar SMA kelas 2 biasa. Semua orang di dunia ini pasti punya rasa takut terhadap Raven. Tapi kami semua berusaha hidup seperti biasa. Asal muasal Raven memang tidak di ketahui, apakah mereka ada sebelum manusia, atau mereka lahir bersamaan dengan manusia. Aku memang sedikit tertarik dengan dunia Raven, aku sering mengambil Foto di tempat kejadian pembunuhan oleh Raven, dan menelitinya.

Hari ini aku sedang berjalan santai di tengah kota. Aku bosan menghabiskan hari liburku hanya diapartmen ku saja, aku tinggal sendiri, ibu ku sudah meninggal di umur ku yang ke- 4 tahun. Dan aku di asuh oleh kakak dari ibuku dari saat itu, sedangkan ayah ku sudah meninggal sebelum aku lahir. Di jalan aku bertemu Rika, teman sekelasku. Ia perempuan yang cantik, aku sudah menyukainya sejak awal masuk SMA. Dia memakai jaket hangat dan rok mini, dengan memakai stocking panjang menutupi kakinya. Dan syal hangat. Sekarang memang sudah waktunya musim dingin.

 “Selamat pagi”, sapa rika.”Pagi…”

” tumben kamu keluar rumah…”

” ah…iya lagi bosen nih, kamu? ”

“ Aku mau beli buku Sherlock holmes terbaru.”

” Edisi yang ke 6? Emang udah keluar ya? ” Tanya ku.

 “iya baru 2 hari yang lalu, kamu suka juga?”

”kayaknya aku juga mau beli, boleh ikut?”

”Oh… yaudah sekalian aja yuk” balas Rika dengan senyum. 

Aku berhasil mengajak Rika secara tidak langsung. Kami berdua ke toko buku. Di perjalanan kami banyak berbicara tentang buku Sherlock Holmes. Setelah itu kami makan siang. Tak sadar waktu sudah sore. Kami harus segera pulang, karena sangat berbahaya waktu di malam hari.

           

Aku menemani Rika pulang kerumahnya. Aku melihat Rika tampak tidak baik dari raut wajahnya. 

“ kamu baik-baik saja? ”, aku khawatir.

 “ ah tidak apa”, Rika hanya membalas lemas.

 hari semakin gelap, tiba tiba rika mengajak ku arah Jalan yang sepi. Aku tak sadar kalau jalan ini tidak ada orang sama sekali. Tiba tiba langkah kakinya berhenti. Dan berpaling kearahku. Aku melihatnya tersenyum perlahan senyumananya makin melebar dan menjadi jadi.

 “Tsk… ” 

. Aku merasakan darah melebar di perutku. Sebelum aku tersadar, telah ada sebuah benda yang menusuk perutku, dan menembus organ dalam ku. 

“AAAaaaaarrgghhh… ”

 Aku berteriak sangat keras. Rasa sakit mulai terasa perlahan-lahan. Aku merasakan benda itu bergerak merobek organ dalam perutku. Air mataku mengalir membasahi wajah ku bersamaan menahan rasa sakit. 

“R…Rika… kau…”

 “Ya, Ya, Aku Raven. Harus kuakui hari ini memang menyenangkan bersamamu. Bagaimana kalau kau menjadi Menu makan malamku? Hahahaha…” Rika tersenyum lebar dan menyeramkan.

 Matanya yang berubah, berwarna hitam dengan pupil berwarna Biru menyala itu membuat dirinya seakan akan adalah ratu iblis. Dengan menahan rasa sakit, aku mencabut benda yang merobek perutku, dengan kedua tangan ku. 

“Zrashh… ”.

Aku berhasil mencabutnya, ternyata setelah kulihat benda itu seperti ekor dengan warna biru gelap dan juga beberapa cahaya berwarna ungu. Tanpa perlu berfikir panjang, Aku berlari untuk mencoba kabur. Tapi usaha yang seperti itu hanya sia sia saja, beberapa ekor tumbuh dengan cepat dari belakang tubuhnya. Dan menusuk sendi lutut kaki kananku. Aku terjatuh sesaat itu juga. Daguku menghantam tanah dengan kencang. Bentuk ekor ini lebih kecil dari sebelumnya. Aku mencoba melepasnya lagi. 

“Bruukk…”

 Aku di hantam dengan ekornya lagi hingga menghancurkan dinding bangunan yang ada disitu. Debu yang berterbangan menghalangi pemandangan ku. penglihatan ku samar-samar. Aku hanya bisa melihat mata biru yang menyala nyala saja. Aku akan mati disini kupikir. 

“Boooomm…”

 Tetapi tiba tiba cahaya biru itu menghilang bersamaan dengan bunyi ledakan. 

            Aku melihat seseorang menggunakan Topeng datar berwarna putih polos, menyerang Rika. Orang itu menggunakan Jas seperti seorang pesulap dengan celana yang lebar di ujungnya dan sarung tangan putih. Pernak Pernik cahaya dari bajunya membuatnya seperti baju mahal. Aku tidak tau siapa orang itu, tapi ia mencoba melawan Rika. LARI! Itu yang otak ku katakan. Tapi tubuhku tidak merespon. Aku tak bisa bergerak. Aku terlalu lemas untuk menggerakan jariku. Orang yang menggunakan topeng tersebut mencoba menggambil sesuatu di sakunya. Jarum Suntik! Ia lalu berlari menuju kearah Rika dengan cepat. Dengan spontan Rika langsung menggerakan ekornya menju ke orang tersebut. 

           Orang itu melompat tinggi untuk menghindar. Dan memutarkan badannya untuk membuat tendangan secara horizontal. Sekali lagi Rika terhempas. Orang bertopeng itu lalu menumbuhkan sebuah sayap di pundak kanannya berwarna merah gelap. Sayap tersebut membesar perlahan dan bercabang. Lalu di sayapnya timbul tonjolan kecil yang sangat banyak. Tonjolan itu menjadi tajam dan mengkristal, lalu dengan kencangnya terlepas dari sayap itu. Seperti kecepatan peluru pada pistol. Menuju kearah Rika. 

“Aaaaaaarrrgghhh…” Rika Teriak histeris

seluruh tubuhnya tertusuk. Darah yang menggenang di tanah sangat banyak. Orang bertopeng itu menusukan Suntikan nya Ke bola mata Rika. Rika berteriak lebih kencang, raut wajahnya mengerut seluruhnya, gigi taringnya terlihat karena mulutnya yang terbuka lebar.

 “Sialan, Sialan, sialaaaaaaaaaaaaan!!!”

 Rika berteriak kesakitan. Orang bertopeng itu memperoleh cairan yang tersimpan di suntikanya dari mata Rika. Orang itu lalu mengarah ke diriku. Berjalan berlahan membawa suntikanya.

 “Tsskk…”

 “AAAAAAAAaaaaaaaaaarrrrrrggggghhhhhhh…..” Ia menyuntikan cairan tadi tepat di bawah mataku kananku. 

Seluruh cairannya di masukan kedalam tubuhku. Aku merasakan semua urat di mata kananku mengencang. Dan mengeluarkan darah. Dan aku pun tak sadarkan diri.

            Kehampaan... itu yang aku lihat. Tubuhku terasa ringan sekali. Seperti Bungan dandelion yang melayang. Aku berfikir telah mati. Ada cahaya berwarna biru redup di kejauhan. Aku melayang kearah cahaya tersebut. Perlahan cahaya biru itu membesar dan semakin terang. Saat aku menyentuh nya. Tiba tiba cahaya itu merasuki tubuhku seperti roh. Melewati mata kananku.

            Aku membuka mataku, hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu. Setelah aku tersadar secara penuh. Aku bertelanjang dada. Ada sebuah kabel kabel kecil yang menempel di tubuhku. Dan aku berbaring di sebuah Kasur yang keras. Aku melihat sekeliling, banyak sekali debu di ruangan ini. Dan alat alat aneh yang tidak ku ketahui. Aku mencoba bangun. Aku duduk di Kasur dengan kaki menyentuh lantai. Lantai ini sangat dingin. “dimana ini…” aku berfikir sejenak, dan melihat pintu keluar. Aku mencoba berdiri. Dan berjalan menuju pintu bertuliskan Exit itu. Aku benar benar kebingungan. Aku melihat bajuku ada di sebuah meja yang berdebu dengan lampu belajar yang menyala. Aku yakin ada yang membawa ku kesini. Aku mengambil baju hitamku dan memakainya. Setelah itu aku keluar dari ruangan. Aku berada di gang kecil yang berbeda dari semalam. Aku berfikir bagaimana keadaan Rika saat ini. Tapi aku tidak peduli lagi. Setelah melihat dia yang sebenarnya. Aku berjalan menyusuri gang tersebut.



Ada serpihan cermin yang berada di atas tempat sampah. Sekilas aku melihat sesuatu di cermin itu. Aku memeriksanya lagi. Aku kaget. Mataku berubah menjadi hitam gelap dengan pupil berwarna biru menyala. 

“Mustahil… ini kan mata yang dimiliki Rika!?” Aku terkejut bukan main.

 Hati seperti membeku. Apa yang terjadi dengan mataku. Tiba tiba tercium aroma yang sangat enak. Aroma yang belum pernah kucium sebelumnya seperti aroma masakan kelas dunia. Aku menghampiri asal dari aroma tersebut. Sampai lah di pertigaan gang, aku berbelok kearah kiri mengikuti aroma. Aku sangat kelaparan. Setidaknya aku bisa meminta kepada orang yang memasak makanan. Aroma nya semakin menjadi jadi. Aku yakin sudah dekat. Setelah aku sampai. Aku melihat sebuah lengan dan kaki manusia di gantung di dinding bangunan dengan kail. Seperti penjual daging di pasar. Ada juga jantung yang di masukan kedalam toples berisi air. Dan juga beberapa bagian tubuh manusia yang bergeletakan di tanah beralaskan koran. Aku merasa mual melihat itu semua. Tetapi di lain sisi aku sangat ingin memakannya. Aroma enak tersebut berasal dari itu semua. 

“Aku tertarik dengan semua ini?”

 aku berbicara pelan terhadap diriku sendiri. Saraf yang berada di sekitar mata kananku kembali mengencang. Otak ku memerintahkan untuk makan! Tapi aku adalah manusia. Tidak mungkin aku akan makan makanan seorang Raven. Aku menahan diri ku untuk tidak menyentuh potongan tubuh manusia itu. Di kejauhan aku melihat bayangan seseorang. 

“hey… beraninya kau ingin mencuri makanan ku!” orang itu berteriak.

 “heh? Aku tidak…” tanpa pikir panjang orang itu langsung berlari dengan mata sepertiku kearahku. 

“BRUK…” ia memukul ke arahku.

 Tangan ku silangkan untuk menahan dampaknya. Tapi percuma. Dia sangat kuat. Aku terhempas hingga menabrak tempat sampah. Debu berterbangan sehingga pandangan pun terhalang. Kugunakan kesempatan ini untuk kabur. Entah mengapa waktu cepat berlalu. Sekarang sudah senja. Aku berlari tanpa arah. Orang itu tetap mengejarku. Kali ini ia memakai topeng berwarna hitam. panjangnya dari kening  sampai hidung dengan satu bolongan mata di kanan.

            Aku berlari menju lapangan yang cukup luas dan sepi. Aku tidak tau mau kemana lag. Jalan buntu! Sedangkan orang itu sudah menyusulku. Orang itu menumbuhkan ekor dari punggungnya. Berwarna hijau kebiru biruan. Ekor itu dililitkan ke tangan kirinya. Menjadi tajam dan runcing. Dengan gelembung yang muncul di Ekornya. “Mati Kau…” Orang itu lompat kea rah depan dengan jauhnya menuju ke arahku. Bersamaan dengan menyayat dengan tangan kirinya. Aku menghindarinya. Tiba tiba saja aku mempunyai refleks yang sangat bagus. Di serangan kedua dadaku tersayat oleh Ekornya. Cukup dalam. Tapi aku dapat menahannya.



Tiba tiba muncul lagi 3 Ekor dari punggungnya. Dan di arahkan ke jantungku. Semunya tertancap di jantungku. Dan di gerakan secara berputar. Sehingga jantungku terobek. Rasanya sakit. Aku berteriak dengan kencang. Setelah kejadian yang semalam aku akan mengalami kejadian yang sama lagi. Ekor yang di tanganya itu memotong tangan kananku. Tepatnya di urat nadiku. Darah mengucur ke tanah dengan deras. Sakit! Sakit sekali! Seumur hidup aku tak pernah merasakan nya. Mataku mengencang. Tubuhku lalu berdetak seluruhnya. Aku merasakan pembuluh darah yang bergejolak. Kesadaran ku hanya setengah. Aku merasakan ada yang tumbuh di daerah punggung ku. benda ekor berwarna biru keunguan gelap. Seperti milik Rika. Muncul 6 buah dengan cepat dan ganas sehingga baju ku robek. Aku merasakan peningkatan kemampuan fisik ku. aku masih dapat bergerak walau jantungku telah di robek. Aku mencabut ekornya dengan tangan satu. Dan begian tangan ku yang terpotong mengeluarkan asap. Aku merasakan ada yang tumbuh di daerah itu. Hanya sebentar, sehingga tangan ku beregenerasi dengan cepat. Tubuhku sulit di kendalikan.

            Dengan sekejap, aku mengancurkan tanah untuk menciptakan retakan yang besar. Orang tersebut lompat mundur untuk menghindarinya. Sebelum orang itu mendarat di tanah. Aku sudah berlalri dengan cepat kearahnya. Dan meninjunya di wajah dengan sekuat tenaga. Hingga menghancurkan tiang basket yang ada di lapangan. Tiang yang rubuh dimanfaatkanya untuk di lempar kearah ku. Aku memotong nya menjadi dua bagian di udara, dengan 1 ekor yang kumiliki.
            Aku melompat ke langit dengan tinggi. Dan memanjangkan ke-lima Ekor lu kearah orang tersebut dengan cepat. 

Ziinnggg…” 

Orang itu menangkisnya dengan ekornya. Kami beradu kekuatan. Bersamaan dengan itu. Ekor yang ke enam ku memekar seperti bunga. Dan mengeluarkan semacam Kristal yang perlahan keluar. Pedang! Kristal itu mempunyai tempat genggaman yang terbuat dari karet. Dan permata di gagangnya. Bilah pedangnya terbuat darri Kristal yang tipis. Aku mengambilnya. Lalu menjatuhkan diriku ke bawah sembari mengarahkan pedangku kemata orang itu. 

“Zrasshh…”

 Pedangku menembus mata kirinya. Aku memutar pedangku agar menambah rasa sakit yang diterimanya. Sebelum aku menginjak tanah, aku mencabut pedang itu dan menyayat tubuhnya. Darah yang melayang di udara mengenai tubuh ku dan juga mengotori bilah pedangku. “Apa yang kau lakukan!?” orang itu berteriak dengan kencang bersamaan menghentikan pendarahan di matanya dengan kedua tangannya.





Dan perlahan ia mulai melemas. Dan terjatuh berbaring di tanah, dengan keadaan Ekor yang masih keluar. Aku tertawa puas dan melihat kearah rembulan. Lalu aku mengambil topeng yang di pakai orang itu di tanah. Aku memakainya lalu menjauh dari mayat itu.

           


1 komentar:

 

Blogger news

Blogroll

About