Liburan
di Shizuoka
Karya : Dean Salma Shabrina
Namaku Yumi Ishiyama, kelas VIII. Aku keturunan Jepang. Lahir
di 15 Oktober 2000. Ayahku, Atsushi
Ishiyama adalah seorang PNS dan ibuku,
Sera Ishiyama adalah seorang pengelola kantin sekolah dekat rumahku. Aku punya
adik laki-laki yang kepo banget.
Namanya Ucchi Ishiyama, kelas 3 SD. Dia menyebalkan. Kami tinggal di perumahan
Harmoni di Tokyo, Hokkaido. Aku punya banyak saudara. Mereka tinggal di
Shizuoka, Osaka, Gunma, dan ada yang tinggal di Los Angeles dan London.
Hari ini, aku akan pergi ke Shizuoka. Semua sanak saudara
berencana menghabiskan libur akhir pekan dengan bermain di laut Izu, Shizuoka. Mari
Etsuma, sepupuku yang tinggal di Shizuoka sangat semangat akan hal ini. Ibu
Mari keluarga Ishiyama, anak nenek ke 3. Tapi Ayah nya keluarga Etsuma, jadi
nama keluarganya Etsuma. Di Jepang, nama keluarga (nama belakang) diambil dari
nama keluarga ayah. Mari Etsuma, Dito Arikawa, Mitsuhiko Ishiyama, dan Ari
Ishiyama adalah sepupu-sepupuku yang paling dekat.
Setelah perjalanan selama 2 jam, aku dan keluarga tiba di
rumah nenek di Shizuoka. Setelah menunggu semua komplit, kami berangkat ke Laut
Izu dengan 3 mobil. Aku, Mari, Dito, Mitsuhiko, dan Ari duduk di mobil ayah
Mitsuhiko. Kami bercerita panjang lebar tentang tempat tinggal kami
masing-masing.
“Berkunjunglah ke Osaka. Ku traktir kalian makan Okonomiyaki.
Dijamin, guritanya besar dan enak. Sekalian ke Menara Langit, Osaka Dome, Kebun
Binatang Tennoji, Benteng Osaka, dan wuiih... masih banyak lagi deh!!” cerita
Ari dengan dialek Kansai-nya yang medok
banget. Ari adalah laki-laki berkulit coklat, bertubuh tegap, tinggi, dan jago
Kendo.
“Jangan lupa ke Gunma. Memang tidak banyak sih hiburannya.
Tapi jalan-jalan juga oke kan?”
“Tokyo saja. Ada Tokyo Tower, perpustakaan berjalan, pasar
malam, keren deh” ceritaku. Aku tidak banyak omong. Soalnya, sepupu-sepupuku
sudah bosan (pastinya) mendengar aku bercerita terus menerus.
Kami tiba di Laut Izu, jam 1 siang. Kami langsung berganti
baju dengan baju renang kami, memakai sunblock,
lalu langsung main air. Kami sudah makan siang tadi. Bento, onigiri, dan
okonomiyaki. Aku dan Mari, yang cewek, memilih bermain air sebentar saja. Sedangkan
Ari, Dito, dan Mitsuhiko yang laki-laki menyewa papan selancar dan mulai
berselancar. Ucchi pasti bersama Ken, adik Dito. Aku tak banyak memikirkannya.
Kurang kerjaan, pikirku. Paling-paling mereka hanya membuat istana pasir.
Aku melihat Mari. Rambut hitamnya bersinar terpantul cahaya
matahari. Dia cantik sekali. Kami memutuskan menyewa ban saja, biar tidak
bosan. Ibu, dan ibu-ibu yang lainnya memilih berjemur sambil memotret anak-anak
mereka bermain. Dan para ayah, ikut berselancar dengan yang lain. Kakek dan
nenek tidak ikut. Bibi Eri dan Bibi Hana, bibi-bibi ku yang cantik dan tinggi
menjaga kakek nenek di rumah.
Kami selesai bermain pukul 5 sore. Kami mandi di wc umum.
Lalu membeli beberapa souvenir di beberapa toko. Setelah selesai kami pergi ke
restoran seafood langganan Mari dan
keluarga. Ramai. Untunglah kami mendapat meja untuk keluarga besar, sebab ayah
Mari sudah memesan tempat duluan.
Pukul 9 malam, kami
sampai di rumah nenek. Kami akan menginap di Shizuoka. Besok, hari Minggu, baru
kami pulang. Aku menginap di rumah Mari. Rumah Mari bersebelahan dengan rumah
nenek. Kamar Mari berwarna pink semburat merah. Rak-rak buku dan boneka
berjajar rapi. Aku dapat melihat novel-novel romance yang tebal-tebal banyak sekali.
“Kau suka novel romansa ya?” tanyaku. Mari hanya tersenyum.
“Ya, ada banyak. Kau mau pinjam?”
“Tidak. Aku lebih suka novel detektif. Sir Arthur Conan Doyle
atau Agatha Christie”
Jam 7 pagi, aku bangun. Selesai mandi, kami pergi ke rumah
nenek di sebelah. Kami makan besar-besaran. Mari, seperti biasa, berceloteh
panjang lebar. “Menyenangkan bukan di Shizuoka? Sayang kalian hanya bisa
semalam. Liburan nanti datang lagi kesini...” Ari merengut masam “bukankah kita
akan ke Osaka liburan nanti? Enak saja Shizuoka lagi”
Jam 10 kami berangkat menuju asalnya masing-masing. Ayah dan
ibu duduk di depan, aku dan Ucchi duduk di belakang. Kami kembali menuju Tokyo.
Jalanan padat. Jelaslah, ini kan hari Minggu. Banyak yang liburan ke Tokyo.
Sepanjang perjalanan aku hanya mendengarkan musik. Ucchi tertidur pulas sejak
berangkat, sampai kami tiba di rumah pukul 1 siang. Setelah makan siang, aku
mengajak kedua mataku istirahat. Melelahkan...
PINDAH
Mimpi buruk itu terjadi. Tanggal 15 November, aku mulai
menjejakkan kakiku di sekolah yang akan kujadikan rumah keduaku di Jakarta ini.
Ya, aku Luthfia Ara. Murid kelas 1 SMP. Aku lahir di Garut, dan besar di
Bandung, Tasikmalaya, dan Solo. Ayahku pekerja kantoran yang suka di
pindah-pindah kerjanya. Ayah sendiri sudah 9 kali pindah-pindah tempat kerja.
Aku selalu mengeluh akan hal itu. Alasannya, aku ini pemalu dan tertutup. Susah
sekali berinteraksi dalam lingkungan baru dengan cepat. Namun sekali dekat,
pasti Ayah di pindah lagi.
Aku akan menduduki julukan ‘Anak Baru’ lagi. Aku ditempatkan
oleh Kepala Sekolah, Bu Rina di kelas 7a. Aku hanya mengangguk dan tersenyum
lemah. Melihat ekspresiku itu, Bu Rina langsung menanggapi “kalau ada masalah
ceritalah pada Ibu. Mungkin Ibu bisa membantu”. Setelah itu beliau mengantarku
ke depan kelas 7a. Ribut. Ramai. Rusuh. Itulah yang ada dalam pikiranku. Bu
Rina mengetuk pintu. Begitu masuk, seisi kelas hening dan langsung duduk di
tempat mereka masing-masing. Wajah mereka berubah heran begitu melihat aku
masuk kelas.
“Ini Luthfia Ara, akan menjadi teman baru kalian disini.
Berteman lah dengan baik ya” setelah itu aku duduk di tempat duduk paling
pojok. Aku hanya terdiam. Sepertinya guru subjeknya tidak datang.
Waktu istirahat, anak-anak cewek langsung mengerubungiku.
Menanyakan pertanyaan murahan seperti “berapa umurmu?”, ”dimana kamu tinggal?”,
“mau jajan bareng?”, “hobi kamu apa?”, “suka ini gak?”, dan pertanyaan
membosankan lainnya seperti itu.
Seperti yang
kupikirkan, kelas ini ramai luar biasa. Tapi hatiku hampa. Belum ridho aku
pindah kesini. Mengingat teman-temanku di Solo. Merek baik, sopan, bersahabat,
dan pengertian. Hari-hari ku jalani dengan duduk di kursi pojokkan. Kuhabiskan
waktuku menulis nama teman-teman lamaku, menggambar wajah mereka, menuliskan
betapa aku menyesal berada disini, mengapa aku harus ada disini, dan pertanyaan
bodoh lainnya seperti itu. Kutuliskan semua itu dalam sebuah kertas dan ku
simpan dalam loker, dan lupa kuambil kembali sampai minggu ketiga aku disini.
Ada kertas lain.
...
Aku bersumpah. Ada kertas lain.
Kertas putih bertinta biru yang sangat rapi. Yang membuatku
kaget, adalah nama pengirim surat itu ‘Ibu Rina S,pd.’. Aku deg-degan. Kepala
sekolah membaca tulisan kebencianku. Gawat. Bisa-bisa aku di keluarkan dari
sekolah. Dengan gugup ku buka kertas itu. Ternyata isinya jauh berbeda dari
yang kubayangkan.
Untuk:
Luthfia Ara
Assalamualaikum
wr.wb.
Nak,
sebelumnya ibu minta maaf karena telah membaca diary kamu tanpa izin. Tapi ibu mengerti kok
perasaanmu. Sulit memang menerima kenyataan bahwa kau harus pindah disaat kamu
sedang betah-betahnya. Kamu orangnya tertutup, pemalu, dan pendiam. Itulah
sebab mengapa kamu tidak suka pindah-pindah. Cari teman. Tapi kamu harus bisa
menerimanya. Jangan patah semangat hanya karena pindah-pindah. Ini sudah
kehendak Allah. Belajarlah bersabar nak.
Wassalamualaikum
wr.wb.
Dari:
Kepala Sekolah
Ibu
Rina S, pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar