Senin, 26 Januari 2015

Liburan di Shizuoka

Liburan di Shizuoka
Karya  : Dean Salma Shabrina

Namaku Yumi Ishiyama, kelas VIII. Aku keturunan Jepang. Lahir di  15 Oktober 2000. Ayahku, Atsushi Ishiyama adalah seorang  PNS dan ibuku, Sera Ishiyama adalah seorang pengelola kantin sekolah dekat rumahku. Aku punya adik laki-laki yang kepo banget. Namanya Ucchi Ishiyama, kelas 3 SD. Dia menyebalkan. Kami tinggal di perumahan Harmoni di Tokyo, Hokkaido. Aku punya banyak saudara. Mereka tinggal di Shizuoka, Osaka, Gunma, dan ada yang tinggal di Los Angeles dan London.

Hari ini, aku akan pergi ke Shizuoka. Semua sanak saudara berencana menghabiskan libur akhir pekan dengan bermain di laut Izu, Shizuoka. Mari Etsuma, sepupuku yang tinggal di Shizuoka sangat semangat akan hal ini. Ibu Mari keluarga Ishiyama, anak nenek ke 3. Tapi Ayah nya keluarga Etsuma, jadi nama keluarganya Etsuma. Di Jepang, nama keluarga (nama belakang) diambil dari nama keluarga ayah. Mari Etsuma, Dito Arikawa, Mitsuhiko Ishiyama, dan Ari Ishiyama adalah sepupu-sepupuku yang paling dekat.

Setelah perjalanan selama 2 jam, aku dan keluarga tiba di rumah nenek di Shizuoka. Setelah menunggu semua komplit, kami berangkat ke Laut Izu dengan 3 mobil. Aku, Mari, Dito, Mitsuhiko, dan Ari duduk di mobil ayah Mitsuhiko. Kami bercerita panjang lebar tentang tempat tinggal kami masing-masing.

“Berkunjunglah ke Osaka. Ku traktir kalian makan Okonomiyaki. Dijamin, guritanya besar dan enak. Sekalian ke Menara Langit, Osaka Dome, Kebun Binatang Tennoji, Benteng Osaka, dan wuiih... masih banyak lagi deh!!” cerita Ari dengan dialek Kansai-nya yang medok banget. Ari adalah laki-laki berkulit coklat, bertubuh tegap, tinggi, dan jago Kendo.

“Jangan lupa ke Gunma. Memang tidak banyak sih hiburannya. Tapi jalan-jalan juga oke kan?”

“Tokyo saja. Ada Tokyo Tower, perpustakaan berjalan, pasar malam, keren deh” ceritaku. Aku tidak banyak omong. Soalnya, sepupu-sepupuku sudah bosan (pastinya) mendengar aku bercerita terus menerus.

Kami tiba di Laut Izu, jam 1 siang. Kami langsung berganti baju dengan baju renang kami, memakai sunblock, lalu langsung main air. Kami sudah makan siang tadi. Bento, onigiri, dan okonomiyaki. Aku dan Mari, yang cewek, memilih bermain air sebentar saja. Sedangkan Ari, Dito, dan Mitsuhiko yang laki-laki menyewa papan selancar dan mulai berselancar. Ucchi pasti bersama Ken, adik Dito. Aku tak banyak memikirkannya. Kurang kerjaan, pikirku. Paling-paling mereka hanya membuat istana pasir.

Aku melihat Mari. Rambut hitamnya bersinar terpantul cahaya matahari. Dia cantik sekali. Kami memutuskan menyewa ban saja, biar tidak bosan. Ibu, dan ibu-ibu yang lainnya memilih berjemur sambil memotret anak-anak mereka bermain. Dan para ayah, ikut berselancar dengan yang lain. Kakek dan nenek tidak ikut. Bibi Eri dan Bibi Hana, bibi-bibi ku yang cantik dan tinggi menjaga kakek nenek di rumah.  

Kami selesai bermain pukul 5 sore. Kami mandi di wc umum. Lalu membeli beberapa souvenir di beberapa toko. Setelah selesai kami pergi ke restoran seafood langganan Mari dan keluarga. Ramai. Untunglah kami mendapat meja untuk keluarga besar, sebab ayah Mari sudah memesan tempat duluan.

 Pukul 9 malam, kami sampai di rumah nenek. Kami akan menginap di Shizuoka. Besok, hari Minggu, baru kami pulang. Aku menginap di rumah Mari. Rumah Mari bersebelahan dengan rumah nenek. Kamar Mari berwarna pink semburat merah. Rak-rak buku dan boneka berjajar rapi. Aku dapat melihat novel-novel romance yang tebal-tebal banyak sekali.

“Kau suka novel romansa ya?” tanyaku. Mari hanya tersenyum.

“Ya, ada banyak. Kau mau pinjam?”

“Tidak. Aku lebih suka novel detektif. Sir Arthur Conan Doyle atau Agatha Christie”

Jam 7 pagi, aku bangun. Selesai mandi, kami pergi ke rumah nenek di sebelah. Kami makan besar-besaran. Mari, seperti biasa, berceloteh panjang lebar. “Menyenangkan bukan di Shizuoka? Sayang kalian hanya bisa semalam. Liburan nanti datang lagi kesini...” Ari merengut masam “bukankah kita akan ke Osaka liburan nanti? Enak saja Shizuoka lagi”

Jam 10 kami berangkat menuju asalnya masing-masing. Ayah dan ibu duduk di depan, aku dan Ucchi duduk di belakang. Kami kembali menuju Tokyo. Jalanan padat. Jelaslah, ini kan hari Minggu. Banyak yang liburan ke Tokyo. Sepanjang perjalanan aku hanya mendengarkan musik. Ucchi tertidur pulas sejak berangkat, sampai kami tiba di rumah pukul 1 siang. Setelah makan siang, aku mengajak kedua mataku istirahat. Melelahkan...



PINDAH

Mimpi buruk itu terjadi. Tanggal 15 November, aku mulai menjejakkan kakiku di sekolah yang akan kujadikan rumah keduaku di Jakarta ini. Ya, aku Luthfia Ara. Murid kelas 1 SMP. Aku lahir di Garut, dan besar di Bandung, Tasikmalaya, dan Solo. Ayahku pekerja kantoran yang suka di pindah-pindah kerjanya. Ayah sendiri sudah 9 kali pindah-pindah tempat kerja. Aku selalu mengeluh akan hal itu. Alasannya, aku ini pemalu dan tertutup. Susah sekali berinteraksi dalam lingkungan baru dengan cepat. Namun sekali dekat, pasti Ayah di pindah lagi.

Aku akan menduduki julukan ‘Anak Baru’ lagi. Aku ditempatkan oleh Kepala Sekolah, Bu Rina di kelas 7a. Aku hanya mengangguk dan tersenyum lemah. Melihat ekspresiku itu, Bu Rina langsung menanggapi “kalau ada masalah ceritalah pada Ibu. Mungkin Ibu bisa membantu”. Setelah itu beliau mengantarku ke depan kelas 7a. Ribut. Ramai. Rusuh. Itulah yang ada dalam pikiranku. Bu Rina mengetuk pintu. Begitu masuk, seisi kelas hening dan langsung duduk di tempat mereka masing-masing. Wajah mereka berubah heran begitu melihat aku masuk kelas.

“Ini Luthfia Ara, akan menjadi teman baru kalian disini. Berteman lah dengan baik ya” setelah itu aku duduk di tempat duduk paling pojok. Aku hanya terdiam. Sepertinya guru subjeknya tidak datang.

Waktu istirahat, anak-anak cewek langsung mengerubungiku. Menanyakan pertanyaan murahan seperti “berapa umurmu?”, ”dimana kamu tinggal?”, “mau jajan bareng?”, “hobi kamu apa?”, “suka ini gak?”, dan pertanyaan membosankan lainnya seperti itu.

 Seperti yang kupikirkan, kelas ini ramai luar biasa. Tapi hatiku hampa. Belum ridho aku pindah kesini. Mengingat teman-temanku di Solo. Merek baik, sopan, bersahabat, dan pengertian. Hari-hari ku jalani dengan duduk di kursi pojokkan. Kuhabiskan waktuku menulis nama teman-teman lamaku, menggambar wajah mereka, menuliskan betapa aku menyesal berada disini, mengapa aku harus ada disini, dan pertanyaan bodoh lainnya seperti itu. Kutuliskan semua itu dalam sebuah kertas dan ku simpan dalam loker, dan lupa kuambil kembali sampai minggu ketiga aku disini.

Ada kertas lain.
...
Aku bersumpah. Ada kertas lain.

Kertas putih bertinta biru yang sangat rapi. Yang membuatku kaget, adalah nama pengirim surat itu ‘Ibu Rina S,pd.’. Aku deg-degan. Kepala sekolah membaca tulisan kebencianku. Gawat. Bisa-bisa aku di keluarkan dari sekolah. Dengan gugup ku buka kertas itu. Ternyata isinya jauh berbeda dari yang kubayangkan.

Untuk: Luthfia Ara

Assalamualaikum wr.wb.

Nak, sebelumnya ibu minta maaf karena telah membaca diary kamu tanpa izin. Tapi ibu mengerti kok perasaanmu. Sulit memang menerima kenyataan bahwa kau harus pindah disaat kamu sedang betah-betahnya. Kamu orangnya tertutup, pemalu, dan pendiam. Itulah sebab mengapa kamu tidak suka pindah-pindah. Cari teman. Tapi kamu harus bisa menerimanya. Jangan patah semangat hanya karena pindah-pindah. Ini sudah kehendak Allah. Belajarlah bersabar nak.

Wassalamualaikum wr.wb.

Dari: Kepala Sekolah


Ibu Rina S, pd.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About