Senin, 26 Januari 2015

DUNIA INI BERPUTAR


DUNIA INI BERPUTAR

“Miskin-miskin, ” Kata-kata itu yang setiap hari ku dengar ketika aku disekolah, Aku memang anak miskin yang selalu diejek dan diejek oleh teman-temanku. Aku seorang anak yatim yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SMP yang mungkin tidak selevel denganku.

“Kriiiing-Kriiiing” Bel sekolah  di bunnyikan tanda pelajaran di mulai.

“Nu, Kamu udah belajarkan?” Tanya dengan kasar.

“Sudah” Jawabku.

Hari ini ada Ulangan MTK, Anak di kelasku memang selalu mengandalkan aku setiap kali ulangan, jika tidak  aku  pasti  habis oleh  mereka semua, walaupun mereka sering mengandalkanku tetapi selalu saja mereka megejeku.

Hari demi hari telah kulewati, Tak terasa aku sudah kelas 3 SMP tetapi walupun aku sudah tiga tahun bersama teman-teman ku terutama Adit tetap saja tidak berubah aku masih sering di hina dan diejek, kesabaranku selama ini mulai dari pelajaran, sebenarnya aku bisa menjadi ranking 1 tetapi semua ituu Adit dan teman-temanya, sebenarnya Adit rangking 1 bukan karena dia  belajar  tetapi mengandalkanku.

Hari yang dinanti-nanti pun tiba yaitu UN, Semua murid takut dan gelisah akan kehadiranya termasuk Adit,   ulangan boleh saja dia santai dan mengandalkan orang lain tetapi berbeda dengan UN yang di awasi lebih ketat.

UN telah berlalu kini hanya tinggal menungguu  hasilnya dan kelulusan.

“Bu, setelah SMP Danu melanjutkan ke SMA atau tidak?”Tanyaku karena melihat keadaan keluargaku yang makin memburuk.

“Tenang saja, nanti ibu akan usahakan yang penting kamu bisa menuntut ilmu setinggi mungkin” jawab ibu.

Untuk mengisi waktu luang, aku membantu ibu untuk mencari barang bekas dari rumah-kerumah. Tak Lama sampailah  aku di depan rumah  Adit.

“tuh, di dalam rumah gw banyak barang yang gak kepake, lu ambilin aja tuh” ucap Adit dengan sombongnya.

Aku tidak terlalu menghiraukan perkataan Adit yang sombong itu.

Sore hari pun tiba, Aku masih memikirkan pengumuman kelulusan yang akan di bacakan esok.

“Bagaimana dengan nasibku, Semoga saja aku mendapatkan beasiswa lagi seperti aku ingin masuk SMP, Aku tidak mau merepotkan ibu”  pikirku dalam hati.

Keesokan harinya,  semua teman-temanku berkumpul di depan papan pengumuman. Satu persatu aku mencarinya A...B...C....D akhirnya aku menemukan namaku dan tak disangka ternyata nilai tertingi di dapatkan olehku. Betapa bahagianya aku mendapatkan nilai UN tertinggi.

Akupun mencari wali kelasku, Langkah kakikupun berjalan di koridor bawah menuju ruang guru tetapi langkahku  terhenti setelah  melihat ke ruang kepala sekolah. Disana ada Adit beserta orang tuanya dan kepala sekolah, Adit menangis hingga terdengar keluar.

“Adit kenapa ya, kok nangis begitu. Padahal biasanya dia tidak cengeng seperti itu” tanyaku dalam hati.
Tak lama aku melihat pak Nadi sedang duduk di depan ruang guru, Akupun segera menghampirinya.

“Pak Nadi”

“Danu, Selamat ya”

“Makasih pak, tapi itu  Adit kenapa pak?” tanyaku.

“Adit mendapat nilai UN yang sangat rendah dan kemungkinan tidak lulus, bapak bingung padahal sebelumnya dia kan termasuk murid yang cerdas kenapa bisa nilai UN nya rendah?”

Akupun terdiam, Pikirankupun mulai berfikir bahwa ini sebabnya dulu Adit sering mengandalkanku ketika setiap proses belajar berlangsung dan dia tidak pernah belajar sendiri. 

“oh iya, Nu  kamu mendapatkan beasiswa dari pemeritah”

“serius pak?” tanyaku tak percaya.

“iya”

Setelah lulus akupun meneruskan ke tingkat SMA. Keadaan di sana jauh berbeda dengan  SMP, Disana teman-temanya baik semua kepadaku, Dalam proses belajar juga tidak ada yang mengandalkan orang lain semua bekerja sendiri. Prestasikupun mulai banyak  di dapatkan dari SMA.

Setahun berlalu, Aku pun naik ke kelas 2. Dikelas 2 aku dipilih  sebagai salah satu pengurus OSIS, 

Kesibukanku mulai bertambah. Tibalah pada penerimaan siswa baru, Sebagai pengurus  aku ikut serta dalam acara itu dan tak disangka  ternyata salah satu siswa barunya yaitu Adit. Tetapi Adit bersikap seolah tidak kenal denganku, Adit  jauh  berbeda  dengan Adit SMP dia pendiam padahal dulu dia penguasa dan jusstru sekarang setelah aku perhatikan dia sering  diejek padahal sebelumnya ia selalu mengejek.

Suatu hari Adit mengajaku bertemu di taman belakang sekolah dan tak kuduga ia meminta maaf  kepadaku atas apa yang dulu ia pernah lakukan kepadaku, Adit sungguh menyesali perbuatanya itu. Setelah ia meminta maaf, Adit dan aku berteman layaknya seorang sahabat.

“Mungkin ini yang di maksud dengan dunia ini berputar” ucapku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About