Selasa, 27 Januari 2015

Raven

RAVEN

Karya : Fairruz Zaahii ‘Abid

            “Sekelompok Mayat ditemukan di daerah ke-13, polisi masih menyelidiki kasus ini. Beberapa orang menyimpulkan pembunuh adalah seorang raven”. 

Jelas penyiar berita di TV. Di dunia ini ada 2 makhluk yang memiliki akal yaitu Manusia dan Raven, Raven memiliki perbedaan kemampuan Fisik dengan manusia, Selain tenaganya yang lebih kuat. Raven memiliki sebuah alat untuk membunuh. Ada 3 jenis di bagian belakang tubuhnya, yang di bagian pundang di namakan Renport, di bagian punggung dinamakan Viport, dan di bagian tulang ekor di namakan Biport, Raven hanya dapat bertahan hidup dengan memangsa Organ dalam manusia.

            Namaku Fai,  Pelajar SMA kelas 2 biasa. Semua orang di dunia ini pasti punya rasa takut terhadap Raven. Tapi kami semua berusaha hidup seperti biasa. Asal muasal Raven memang tidak di ketahui, apakah mereka ada sebelum manusia, atau mereka lahir bersamaan dengan manusia. Aku memang sedikit tertarik dengan dunia Raven, aku sering mengambil Foto di tempat kejadian pembunuhan oleh Raven, dan menelitinya.

Hari ini aku sedang berjalan santai di tengah kota. Aku bosan menghabiskan hari liburku hanya diapartmen ku saja, aku tinggal sendiri, ibu ku sudah meninggal di umur ku yang ke- 4 tahun. Dan aku di asuh oleh kakak dari ibuku dari saat itu, sedangkan ayah ku sudah meninggal sebelum aku lahir. Di jalan aku bertemu Rika, teman sekelasku. Ia perempuan yang cantik, aku sudah menyukainya sejak awal masuk SMA. Dia memakai jaket hangat dan rok mini, dengan memakai stocking panjang menutupi kakinya. Dan syal hangat. Sekarang memang sudah waktunya musim dingin.

 “Selamat pagi”, sapa rika.”Pagi…”

” tumben kamu keluar rumah…”

” ah…iya lagi bosen nih, kamu? ”

“ Aku mau beli buku Sherlock holmes terbaru.”

” Edisi yang ke 6? Emang udah keluar ya? ” Tanya ku.

 “iya baru 2 hari yang lalu, kamu suka juga?”

”kayaknya aku juga mau beli, boleh ikut?”

”Oh… yaudah sekalian aja yuk” balas Rika dengan senyum. 

Aku berhasil mengajak Rika secara tidak langsung. Kami berdua ke toko buku. Di perjalanan kami banyak berbicara tentang buku Sherlock Holmes. Setelah itu kami makan siang. Tak sadar waktu sudah sore. Kami harus segera pulang, karena sangat berbahaya waktu di malam hari.

           

Aku menemani Rika pulang kerumahnya. Aku melihat Rika tampak tidak baik dari raut wajahnya. 

“ kamu baik-baik saja? ”, aku khawatir.

 “ ah tidak apa”, Rika hanya membalas lemas.

 hari semakin gelap, tiba tiba rika mengajak ku arah Jalan yang sepi. Aku tak sadar kalau jalan ini tidak ada orang sama sekali. Tiba tiba langkah kakinya berhenti. Dan berpaling kearahku. Aku melihatnya tersenyum perlahan senyumananya makin melebar dan menjadi jadi.

 “Tsk… ” 

. Aku merasakan darah melebar di perutku. Sebelum aku tersadar, telah ada sebuah benda yang menusuk perutku, dan menembus organ dalam ku. 

“AAAaaaaarrgghhh… ”

 Aku berteriak sangat keras. Rasa sakit mulai terasa perlahan-lahan. Aku merasakan benda itu bergerak merobek organ dalam perutku. Air mataku mengalir membasahi wajah ku bersamaan menahan rasa sakit. 

“R…Rika… kau…”

 “Ya, Ya, Aku Raven. Harus kuakui hari ini memang menyenangkan bersamamu. Bagaimana kalau kau menjadi Menu makan malamku? Hahahaha…” Rika tersenyum lebar dan menyeramkan.

 Matanya yang berubah, berwarna hitam dengan pupil berwarna Biru menyala itu membuat dirinya seakan akan adalah ratu iblis. Dengan menahan rasa sakit, aku mencabut benda yang merobek perutku, dengan kedua tangan ku. 

“Zrashh… ”.

Aku berhasil mencabutnya, ternyata setelah kulihat benda itu seperti ekor dengan warna biru gelap dan juga beberapa cahaya berwarna ungu. Tanpa perlu berfikir panjang, Aku berlari untuk mencoba kabur. Tapi usaha yang seperti itu hanya sia sia saja, beberapa ekor tumbuh dengan cepat dari belakang tubuhnya. Dan menusuk sendi lutut kaki kananku. Aku terjatuh sesaat itu juga. Daguku menghantam tanah dengan kencang. Bentuk ekor ini lebih kecil dari sebelumnya. Aku mencoba melepasnya lagi. 

“Bruukk…”

 Aku di hantam dengan ekornya lagi hingga menghancurkan dinding bangunan yang ada disitu. Debu yang berterbangan menghalangi pemandangan ku. penglihatan ku samar-samar. Aku hanya bisa melihat mata biru yang menyala nyala saja. Aku akan mati disini kupikir. 

“Boooomm…”

 Tetapi tiba tiba cahaya biru itu menghilang bersamaan dengan bunyi ledakan. 

            Aku melihat seseorang menggunakan Topeng datar berwarna putih polos, menyerang Rika. Orang itu menggunakan Jas seperti seorang pesulap dengan celana yang lebar di ujungnya dan sarung tangan putih. Pernak Pernik cahaya dari bajunya membuatnya seperti baju mahal. Aku tidak tau siapa orang itu, tapi ia mencoba melawan Rika. LARI! Itu yang otak ku katakan. Tapi tubuhku tidak merespon. Aku tak bisa bergerak. Aku terlalu lemas untuk menggerakan jariku. Orang yang menggunakan topeng tersebut mencoba menggambil sesuatu di sakunya. Jarum Suntik! Ia lalu berlari menuju kearah Rika dengan cepat. Dengan spontan Rika langsung menggerakan ekornya menju ke orang tersebut. 

           Orang itu melompat tinggi untuk menghindar. Dan memutarkan badannya untuk membuat tendangan secara horizontal. Sekali lagi Rika terhempas. Orang bertopeng itu lalu menumbuhkan sebuah sayap di pundak kanannya berwarna merah gelap. Sayap tersebut membesar perlahan dan bercabang. Lalu di sayapnya timbul tonjolan kecil yang sangat banyak. Tonjolan itu menjadi tajam dan mengkristal, lalu dengan kencangnya terlepas dari sayap itu. Seperti kecepatan peluru pada pistol. Menuju kearah Rika. 

“Aaaaaaarrrgghhh…” Rika Teriak histeris

seluruh tubuhnya tertusuk. Darah yang menggenang di tanah sangat banyak. Orang bertopeng itu menusukan Suntikan nya Ke bola mata Rika. Rika berteriak lebih kencang, raut wajahnya mengerut seluruhnya, gigi taringnya terlihat karena mulutnya yang terbuka lebar.

 “Sialan, Sialan, sialaaaaaaaaaaaaan!!!”

 Rika berteriak kesakitan. Orang bertopeng itu memperoleh cairan yang tersimpan di suntikanya dari mata Rika. Orang itu lalu mengarah ke diriku. Berjalan berlahan membawa suntikanya.

 “Tsskk…”

 “AAAAAAAAaaaaaaaaaarrrrrrggggghhhhhhh…..” Ia menyuntikan cairan tadi tepat di bawah mataku kananku. 

Seluruh cairannya di masukan kedalam tubuhku. Aku merasakan semua urat di mata kananku mengencang. Dan mengeluarkan darah. Dan aku pun tak sadarkan diri.

            Kehampaan... itu yang aku lihat. Tubuhku terasa ringan sekali. Seperti Bungan dandelion yang melayang. Aku berfikir telah mati. Ada cahaya berwarna biru redup di kejauhan. Aku melayang kearah cahaya tersebut. Perlahan cahaya biru itu membesar dan semakin terang. Saat aku menyentuh nya. Tiba tiba cahaya itu merasuki tubuhku seperti roh. Melewati mata kananku.

            Aku membuka mataku, hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu. Setelah aku tersadar secara penuh. Aku bertelanjang dada. Ada sebuah kabel kabel kecil yang menempel di tubuhku. Dan aku berbaring di sebuah Kasur yang keras. Aku melihat sekeliling, banyak sekali debu di ruangan ini. Dan alat alat aneh yang tidak ku ketahui. Aku mencoba bangun. Aku duduk di Kasur dengan kaki menyentuh lantai. Lantai ini sangat dingin. “dimana ini…” aku berfikir sejenak, dan melihat pintu keluar. Aku mencoba berdiri. Dan berjalan menuju pintu bertuliskan Exit itu. Aku benar benar kebingungan. Aku melihat bajuku ada di sebuah meja yang berdebu dengan lampu belajar yang menyala. Aku yakin ada yang membawa ku kesini. Aku mengambil baju hitamku dan memakainya. Setelah itu aku keluar dari ruangan. Aku berada di gang kecil yang berbeda dari semalam. Aku berfikir bagaimana keadaan Rika saat ini. Tapi aku tidak peduli lagi. Setelah melihat dia yang sebenarnya. Aku berjalan menyusuri gang tersebut.



Ada serpihan cermin yang berada di atas tempat sampah. Sekilas aku melihat sesuatu di cermin itu. Aku memeriksanya lagi. Aku kaget. Mataku berubah menjadi hitam gelap dengan pupil berwarna biru menyala. 

“Mustahil… ini kan mata yang dimiliki Rika!?” Aku terkejut bukan main.

 Hati seperti membeku. Apa yang terjadi dengan mataku. Tiba tiba tercium aroma yang sangat enak. Aroma yang belum pernah kucium sebelumnya seperti aroma masakan kelas dunia. Aku menghampiri asal dari aroma tersebut. Sampai lah di pertigaan gang, aku berbelok kearah kiri mengikuti aroma. Aku sangat kelaparan. Setidaknya aku bisa meminta kepada orang yang memasak makanan. Aroma nya semakin menjadi jadi. Aku yakin sudah dekat. Setelah aku sampai. Aku melihat sebuah lengan dan kaki manusia di gantung di dinding bangunan dengan kail. Seperti penjual daging di pasar. Ada juga jantung yang di masukan kedalam toples berisi air. Dan juga beberapa bagian tubuh manusia yang bergeletakan di tanah beralaskan koran. Aku merasa mual melihat itu semua. Tetapi di lain sisi aku sangat ingin memakannya. Aroma enak tersebut berasal dari itu semua. 

“Aku tertarik dengan semua ini?”

 aku berbicara pelan terhadap diriku sendiri. Saraf yang berada di sekitar mata kananku kembali mengencang. Otak ku memerintahkan untuk makan! Tapi aku adalah manusia. Tidak mungkin aku akan makan makanan seorang Raven. Aku menahan diri ku untuk tidak menyentuh potongan tubuh manusia itu. Di kejauhan aku melihat bayangan seseorang. 

“hey… beraninya kau ingin mencuri makanan ku!” orang itu berteriak.

 “heh? Aku tidak…” tanpa pikir panjang orang itu langsung berlari dengan mata sepertiku kearahku. 

“BRUK…” ia memukul ke arahku.

 Tangan ku silangkan untuk menahan dampaknya. Tapi percuma. Dia sangat kuat. Aku terhempas hingga menabrak tempat sampah. Debu berterbangan sehingga pandangan pun terhalang. Kugunakan kesempatan ini untuk kabur. Entah mengapa waktu cepat berlalu. Sekarang sudah senja. Aku berlari tanpa arah. Orang itu tetap mengejarku. Kali ini ia memakai topeng berwarna hitam. panjangnya dari kening  sampai hidung dengan satu bolongan mata di kanan.

            Aku berlari menju lapangan yang cukup luas dan sepi. Aku tidak tau mau kemana lag. Jalan buntu! Sedangkan orang itu sudah menyusulku. Orang itu menumbuhkan ekor dari punggungnya. Berwarna hijau kebiru biruan. Ekor itu dililitkan ke tangan kirinya. Menjadi tajam dan runcing. Dengan gelembung yang muncul di Ekornya. “Mati Kau…” Orang itu lompat kea rah depan dengan jauhnya menuju ke arahku. Bersamaan dengan menyayat dengan tangan kirinya. Aku menghindarinya. Tiba tiba saja aku mempunyai refleks yang sangat bagus. Di serangan kedua dadaku tersayat oleh Ekornya. Cukup dalam. Tapi aku dapat menahannya.



Tiba tiba muncul lagi 3 Ekor dari punggungnya. Dan di arahkan ke jantungku. Semunya tertancap di jantungku. Dan di gerakan secara berputar. Sehingga jantungku terobek. Rasanya sakit. Aku berteriak dengan kencang. Setelah kejadian yang semalam aku akan mengalami kejadian yang sama lagi. Ekor yang di tanganya itu memotong tangan kananku. Tepatnya di urat nadiku. Darah mengucur ke tanah dengan deras. Sakit! Sakit sekali! Seumur hidup aku tak pernah merasakan nya. Mataku mengencang. Tubuhku lalu berdetak seluruhnya. Aku merasakan pembuluh darah yang bergejolak. Kesadaran ku hanya setengah. Aku merasakan ada yang tumbuh di daerah punggung ku. benda ekor berwarna biru keunguan gelap. Seperti milik Rika. Muncul 6 buah dengan cepat dan ganas sehingga baju ku robek. Aku merasakan peningkatan kemampuan fisik ku. aku masih dapat bergerak walau jantungku telah di robek. Aku mencabut ekornya dengan tangan satu. Dan begian tangan ku yang terpotong mengeluarkan asap. Aku merasakan ada yang tumbuh di daerah itu. Hanya sebentar, sehingga tangan ku beregenerasi dengan cepat. Tubuhku sulit di kendalikan.

            Dengan sekejap, aku mengancurkan tanah untuk menciptakan retakan yang besar. Orang tersebut lompat mundur untuk menghindarinya. Sebelum orang itu mendarat di tanah. Aku sudah berlalri dengan cepat kearahnya. Dan meninjunya di wajah dengan sekuat tenaga. Hingga menghancurkan tiang basket yang ada di lapangan. Tiang yang rubuh dimanfaatkanya untuk di lempar kearah ku. Aku memotong nya menjadi dua bagian di udara, dengan 1 ekor yang kumiliki.
            Aku melompat ke langit dengan tinggi. Dan memanjangkan ke-lima Ekor lu kearah orang tersebut dengan cepat. 

Ziinnggg…” 

Orang itu menangkisnya dengan ekornya. Kami beradu kekuatan. Bersamaan dengan itu. Ekor yang ke enam ku memekar seperti bunga. Dan mengeluarkan semacam Kristal yang perlahan keluar. Pedang! Kristal itu mempunyai tempat genggaman yang terbuat dari karet. Dan permata di gagangnya. Bilah pedangnya terbuat darri Kristal yang tipis. Aku mengambilnya. Lalu menjatuhkan diriku ke bawah sembari mengarahkan pedangku kemata orang itu. 

“Zrasshh…”

 Pedangku menembus mata kirinya. Aku memutar pedangku agar menambah rasa sakit yang diterimanya. Sebelum aku menginjak tanah, aku mencabut pedang itu dan menyayat tubuhnya. Darah yang melayang di udara mengenai tubuh ku dan juga mengotori bilah pedangku. “Apa yang kau lakukan!?” orang itu berteriak dengan kencang bersamaan menghentikan pendarahan di matanya dengan kedua tangannya.





Dan perlahan ia mulai melemas. Dan terjatuh berbaring di tanah, dengan keadaan Ekor yang masih keluar. Aku tertawa puas dan melihat kearah rembulan. Lalu aku mengambil topeng yang di pakai orang itu di tanah. Aku memakainya lalu menjauh dari mayat itu.

           


Senin, 26 Januari 2015

Liburan di Shizuoka

Liburan di Shizuoka
Karya  : Dean Salma Shabrina

Namaku Yumi Ishiyama, kelas VIII. Aku keturunan Jepang. Lahir di  15 Oktober 2000. Ayahku, Atsushi Ishiyama adalah seorang  PNS dan ibuku, Sera Ishiyama adalah seorang pengelola kantin sekolah dekat rumahku. Aku punya adik laki-laki yang kepo banget. Namanya Ucchi Ishiyama, kelas 3 SD. Dia menyebalkan. Kami tinggal di perumahan Harmoni di Tokyo, Hokkaido. Aku punya banyak saudara. Mereka tinggal di Shizuoka, Osaka, Gunma, dan ada yang tinggal di Los Angeles dan London.

Hari ini, aku akan pergi ke Shizuoka. Semua sanak saudara berencana menghabiskan libur akhir pekan dengan bermain di laut Izu, Shizuoka. Mari Etsuma, sepupuku yang tinggal di Shizuoka sangat semangat akan hal ini. Ibu Mari keluarga Ishiyama, anak nenek ke 3. Tapi Ayah nya keluarga Etsuma, jadi nama keluarganya Etsuma. Di Jepang, nama keluarga (nama belakang) diambil dari nama keluarga ayah. Mari Etsuma, Dito Arikawa, Mitsuhiko Ishiyama, dan Ari Ishiyama adalah sepupu-sepupuku yang paling dekat.

Setelah perjalanan selama 2 jam, aku dan keluarga tiba di rumah nenek di Shizuoka. Setelah menunggu semua komplit, kami berangkat ke Laut Izu dengan 3 mobil. Aku, Mari, Dito, Mitsuhiko, dan Ari duduk di mobil ayah Mitsuhiko. Kami bercerita panjang lebar tentang tempat tinggal kami masing-masing.

“Berkunjunglah ke Osaka. Ku traktir kalian makan Okonomiyaki. Dijamin, guritanya besar dan enak. Sekalian ke Menara Langit, Osaka Dome, Kebun Binatang Tennoji, Benteng Osaka, dan wuiih... masih banyak lagi deh!!” cerita Ari dengan dialek Kansai-nya yang medok banget. Ari adalah laki-laki berkulit coklat, bertubuh tegap, tinggi, dan jago Kendo.

“Jangan lupa ke Gunma. Memang tidak banyak sih hiburannya. Tapi jalan-jalan juga oke kan?”

“Tokyo saja. Ada Tokyo Tower, perpustakaan berjalan, pasar malam, keren deh” ceritaku. Aku tidak banyak omong. Soalnya, sepupu-sepupuku sudah bosan (pastinya) mendengar aku bercerita terus menerus.

Kami tiba di Laut Izu, jam 1 siang. Kami langsung berganti baju dengan baju renang kami, memakai sunblock, lalu langsung main air. Kami sudah makan siang tadi. Bento, onigiri, dan okonomiyaki. Aku dan Mari, yang cewek, memilih bermain air sebentar saja. Sedangkan Ari, Dito, dan Mitsuhiko yang laki-laki menyewa papan selancar dan mulai berselancar. Ucchi pasti bersama Ken, adik Dito. Aku tak banyak memikirkannya. Kurang kerjaan, pikirku. Paling-paling mereka hanya membuat istana pasir.

Aku melihat Mari. Rambut hitamnya bersinar terpantul cahaya matahari. Dia cantik sekali. Kami memutuskan menyewa ban saja, biar tidak bosan. Ibu, dan ibu-ibu yang lainnya memilih berjemur sambil memotret anak-anak mereka bermain. Dan para ayah, ikut berselancar dengan yang lain. Kakek dan nenek tidak ikut. Bibi Eri dan Bibi Hana, bibi-bibi ku yang cantik dan tinggi menjaga kakek nenek di rumah.  

Kami selesai bermain pukul 5 sore. Kami mandi di wc umum. Lalu membeli beberapa souvenir di beberapa toko. Setelah selesai kami pergi ke restoran seafood langganan Mari dan keluarga. Ramai. Untunglah kami mendapat meja untuk keluarga besar, sebab ayah Mari sudah memesan tempat duluan.

 Pukul 9 malam, kami sampai di rumah nenek. Kami akan menginap di Shizuoka. Besok, hari Minggu, baru kami pulang. Aku menginap di rumah Mari. Rumah Mari bersebelahan dengan rumah nenek. Kamar Mari berwarna pink semburat merah. Rak-rak buku dan boneka berjajar rapi. Aku dapat melihat novel-novel romance yang tebal-tebal banyak sekali.

“Kau suka novel romansa ya?” tanyaku. Mari hanya tersenyum.

“Ya, ada banyak. Kau mau pinjam?”

“Tidak. Aku lebih suka novel detektif. Sir Arthur Conan Doyle atau Agatha Christie”

Jam 7 pagi, aku bangun. Selesai mandi, kami pergi ke rumah nenek di sebelah. Kami makan besar-besaran. Mari, seperti biasa, berceloteh panjang lebar. “Menyenangkan bukan di Shizuoka? Sayang kalian hanya bisa semalam. Liburan nanti datang lagi kesini...” Ari merengut masam “bukankah kita akan ke Osaka liburan nanti? Enak saja Shizuoka lagi”

Jam 10 kami berangkat menuju asalnya masing-masing. Ayah dan ibu duduk di depan, aku dan Ucchi duduk di belakang. Kami kembali menuju Tokyo. Jalanan padat. Jelaslah, ini kan hari Minggu. Banyak yang liburan ke Tokyo. Sepanjang perjalanan aku hanya mendengarkan musik. Ucchi tertidur pulas sejak berangkat, sampai kami tiba di rumah pukul 1 siang. Setelah makan siang, aku mengajak kedua mataku istirahat. Melelahkan...



PINDAH

Mimpi buruk itu terjadi. Tanggal 15 November, aku mulai menjejakkan kakiku di sekolah yang akan kujadikan rumah keduaku di Jakarta ini. Ya, aku Luthfia Ara. Murid kelas 1 SMP. Aku lahir di Garut, dan besar di Bandung, Tasikmalaya, dan Solo. Ayahku pekerja kantoran yang suka di pindah-pindah kerjanya. Ayah sendiri sudah 9 kali pindah-pindah tempat kerja. Aku selalu mengeluh akan hal itu. Alasannya, aku ini pemalu dan tertutup. Susah sekali berinteraksi dalam lingkungan baru dengan cepat. Namun sekali dekat, pasti Ayah di pindah lagi.

Aku akan menduduki julukan ‘Anak Baru’ lagi. Aku ditempatkan oleh Kepala Sekolah, Bu Rina di kelas 7a. Aku hanya mengangguk dan tersenyum lemah. Melihat ekspresiku itu, Bu Rina langsung menanggapi “kalau ada masalah ceritalah pada Ibu. Mungkin Ibu bisa membantu”. Setelah itu beliau mengantarku ke depan kelas 7a. Ribut. Ramai. Rusuh. Itulah yang ada dalam pikiranku. Bu Rina mengetuk pintu. Begitu masuk, seisi kelas hening dan langsung duduk di tempat mereka masing-masing. Wajah mereka berubah heran begitu melihat aku masuk kelas.

“Ini Luthfia Ara, akan menjadi teman baru kalian disini. Berteman lah dengan baik ya” setelah itu aku duduk di tempat duduk paling pojok. Aku hanya terdiam. Sepertinya guru subjeknya tidak datang.

Waktu istirahat, anak-anak cewek langsung mengerubungiku. Menanyakan pertanyaan murahan seperti “berapa umurmu?”, ”dimana kamu tinggal?”, “mau jajan bareng?”, “hobi kamu apa?”, “suka ini gak?”, dan pertanyaan membosankan lainnya seperti itu.

 Seperti yang kupikirkan, kelas ini ramai luar biasa. Tapi hatiku hampa. Belum ridho aku pindah kesini. Mengingat teman-temanku di Solo. Merek baik, sopan, bersahabat, dan pengertian. Hari-hari ku jalani dengan duduk di kursi pojokkan. Kuhabiskan waktuku menulis nama teman-teman lamaku, menggambar wajah mereka, menuliskan betapa aku menyesal berada disini, mengapa aku harus ada disini, dan pertanyaan bodoh lainnya seperti itu. Kutuliskan semua itu dalam sebuah kertas dan ku simpan dalam loker, dan lupa kuambil kembali sampai minggu ketiga aku disini.

Ada kertas lain.
...
Aku bersumpah. Ada kertas lain.

Kertas putih bertinta biru yang sangat rapi. Yang membuatku kaget, adalah nama pengirim surat itu ‘Ibu Rina S,pd.’. Aku deg-degan. Kepala sekolah membaca tulisan kebencianku. Gawat. Bisa-bisa aku di keluarkan dari sekolah. Dengan gugup ku buka kertas itu. Ternyata isinya jauh berbeda dari yang kubayangkan.

Untuk: Luthfia Ara

Assalamualaikum wr.wb.

Nak, sebelumnya ibu minta maaf karena telah membaca diary kamu tanpa izin. Tapi ibu mengerti kok perasaanmu. Sulit memang menerima kenyataan bahwa kau harus pindah disaat kamu sedang betah-betahnya. Kamu orangnya tertutup, pemalu, dan pendiam. Itulah sebab mengapa kamu tidak suka pindah-pindah. Cari teman. Tapi kamu harus bisa menerimanya. Jangan patah semangat hanya karena pindah-pindah. Ini sudah kehendak Allah. Belajarlah bersabar nak.

Wassalamualaikum wr.wb.

Dari: Kepala Sekolah


Ibu Rina S, pd.  

Warna Warni Persahabatan


WARNA WARNI PERSAHABATAN


Karya : Nada, Nia, Nifa, Audy

            Di pagi hari yang cerah, berada di sekolah yang bernama SMP Kadic, saat sedang berajalan menuju kelas, tiba-tiba “SREET”

            “Hahaha.. jatuh ya, kasihan deh.” Kata Denia sambil berjalan meninggalkanku.

            “Ih Denia, kamu maunya apa sih?” kataku dalam hati.

Tanpa menghiraukan Denia, akupun bergegas pergi menu kelas. Di dalam kelas, aku hanya duduk termenung melihat semua teman-temanku tertawa riang bersama teman-temannya, kecuali aku. Ya, aku tidak mempunyai teman di kelas ini, entah apa yang membuatku dijauhi oleh teman-teman. Tak terasa bel masukpun berdering. Kami semua bergegas duduk di bangku kami masing-masing.

            “Haha.. gak punya temen ya? Kasihan banget sih kamu.” Ledek Denia dan kawan-kawannya.

            “Eh! Mau kamu apa sih? Aku kan gak ganggu kamu!”

Akupun bersabar dengan ejekan mereka. Aku di kelas hanya sendirian, gurupun masuk dan mengajar. Selama belajar aku memperhatikan guru dengan pandangan kosong. 
Entah.. aku tidak tahu apa yang sedang guru terangkan, karena aku terus memikirkan Denia. Akhirnya, Tania menegurku dan bertanya

            “Kamu kenapa? Kok aku perhatikan kamu seperti melamun dan memikirkan sesuatu?”

            “Jadi, dari tadi pagi aku diejek oleh gengnya Denia.” Jawabku.

            “yaudah, kan masih ada aku, kamu main sama aku, dan Tika saja.” Ujar Tania.

            “serius? Terima kasih ya kamu mau main sama aku.” Kataku

            “Iya, sama-sama.”

Saat istirahat, akupun bermain bersama Tania, Tika, dan Aini. Ternyata, mereka baik sekali meskipun baru kali ini bermain sekaligus mengobrol denganku. Tak terasa, sekarang sudah waktu pulang sekolah. Aku sangat senang menghabiskan waktu dengan bercerita dan bermain bersama mereka bertiga. Sehabis itu, akupun berjalan ke gerbang sekolah. Di gerbang sekolah, aku bertemu dengan Denia dan kawan-kawannya.

            “eh! Kamu belom pulang? Gak diemput ya? Haha.. anak kayak kamu mah gak pantes sekolah disini!” ejek Delia.

            “terus? Kalo aku gak diemput kenapa? Masalah banget?” tanyaku dengan nada kesal.

            “Masalah lah, kan disini orangnya kaya semua, gak sepertimu!” kata Denia.

            “kamu itu lihat dari luarnya doang. Gak liat dari dalam hatinya!” kataku menasehati Denia.

Deniapun terdiam. Denia diemput dan langsung menaiki mobilnya. Pada saat ditengah jalan, tiba-tiba “BRAAK” mobil yang ditumpangi oleh Denia bertabrakkan dengan truk yang besar. Denia dan supirnya langsung dibawa pergi oleh warga disana ke rumah sakit.

Keesokkan harinya aku,Tania, Aini, dan Tika menjenguk Denia di ruamh sakit.

            “Hai.. kamu sudah sembuh belum? Apanya yang sakit?” tanyaku

            “Kakiku sakit.. makasih ya kalian sudah mau menjengukku. Kalian orang 
pertama yang jenguk aku.” Kata Denia sambil merintih kesakitan.

            “Cuma kaki kamu kan, gak ada yang lain kan?” tanyaku dengan nada penuh harap.

            “iya, yang parah Cuma kakiku doang kok, selama 4 hari aku gak bisa masuk sekolah. Rani, makasih ya kamu mau jenguk aku padahal aku kan udah ahat sama kamu.”

            “haha.. iya gak apa-apa, kamu cepet sembuh ya. Jangan terlalu banyak pikiran.” Jawabku.

Tania, Aini, dan Tika hanya terdiam terharu melihat Rani dan Denia saling bermaaf-maafan.

            “kamu serius mau maafin aku?” tanya Denia tak percaya

            “Iya.. aku serius, oiya kamu mau adi sahabat kita gak?”

            “Hah? Serius? Adi sahabat kalian?” tanya denia tak percaya

            “Iya.. kita serius, mulai hari ini kita resmi sahabatan ya.”

Mulai hari itupun di rumah sakit, mereka resmi menadi sahabat. Dan Denia bejanji akan merubah sikapnya menjadi lebih baik.



DUNIA INI BERPUTAR


DUNIA INI BERPUTAR

“Miskin-miskin, ” Kata-kata itu yang setiap hari ku dengar ketika aku disekolah, Aku memang anak miskin yang selalu diejek dan diejek oleh teman-temanku. Aku seorang anak yatim yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SMP yang mungkin tidak selevel denganku.

“Kriiiing-Kriiiing” Bel sekolah  di bunnyikan tanda pelajaran di mulai.

“Nu, Kamu udah belajarkan?” Tanya dengan kasar.

“Sudah” Jawabku.

Hari ini ada Ulangan MTK, Anak di kelasku memang selalu mengandalkan aku setiap kali ulangan, jika tidak  aku  pasti  habis oleh  mereka semua, walaupun mereka sering mengandalkanku tetapi selalu saja mereka megejeku.

Hari demi hari telah kulewati, Tak terasa aku sudah kelas 3 SMP tetapi walupun aku sudah tiga tahun bersama teman-teman ku terutama Adit tetap saja tidak berubah aku masih sering di hina dan diejek, kesabaranku selama ini mulai dari pelajaran, sebenarnya aku bisa menjadi ranking 1 tetapi semua ituu Adit dan teman-temanya, sebenarnya Adit rangking 1 bukan karena dia  belajar  tetapi mengandalkanku.

Hari yang dinanti-nanti pun tiba yaitu UN, Semua murid takut dan gelisah akan kehadiranya termasuk Adit,   ulangan boleh saja dia santai dan mengandalkan orang lain tetapi berbeda dengan UN yang di awasi lebih ketat.

UN telah berlalu kini hanya tinggal menungguu  hasilnya dan kelulusan.

“Bu, setelah SMP Danu melanjutkan ke SMA atau tidak?”Tanyaku karena melihat keadaan keluargaku yang makin memburuk.

“Tenang saja, nanti ibu akan usahakan yang penting kamu bisa menuntut ilmu setinggi mungkin” jawab ibu.

Untuk mengisi waktu luang, aku membantu ibu untuk mencari barang bekas dari rumah-kerumah. Tak Lama sampailah  aku di depan rumah  Adit.

“tuh, di dalam rumah gw banyak barang yang gak kepake, lu ambilin aja tuh” ucap Adit dengan sombongnya.

Aku tidak terlalu menghiraukan perkataan Adit yang sombong itu.

Sore hari pun tiba, Aku masih memikirkan pengumuman kelulusan yang akan di bacakan esok.

“Bagaimana dengan nasibku, Semoga saja aku mendapatkan beasiswa lagi seperti aku ingin masuk SMP, Aku tidak mau merepotkan ibu”  pikirku dalam hati.

Keesokan harinya,  semua teman-temanku berkumpul di depan papan pengumuman. Satu persatu aku mencarinya A...B...C....D akhirnya aku menemukan namaku dan tak disangka ternyata nilai tertingi di dapatkan olehku. Betapa bahagianya aku mendapatkan nilai UN tertinggi.

Akupun mencari wali kelasku, Langkah kakikupun berjalan di koridor bawah menuju ruang guru tetapi langkahku  terhenti setelah  melihat ke ruang kepala sekolah. Disana ada Adit beserta orang tuanya dan kepala sekolah, Adit menangis hingga terdengar keluar.

“Adit kenapa ya, kok nangis begitu. Padahal biasanya dia tidak cengeng seperti itu” tanyaku dalam hati.
Tak lama aku melihat pak Nadi sedang duduk di depan ruang guru, Akupun segera menghampirinya.

“Pak Nadi”

“Danu, Selamat ya”

“Makasih pak, tapi itu  Adit kenapa pak?” tanyaku.

“Adit mendapat nilai UN yang sangat rendah dan kemungkinan tidak lulus, bapak bingung padahal sebelumnya dia kan termasuk murid yang cerdas kenapa bisa nilai UN nya rendah?”

Akupun terdiam, Pikirankupun mulai berfikir bahwa ini sebabnya dulu Adit sering mengandalkanku ketika setiap proses belajar berlangsung dan dia tidak pernah belajar sendiri. 

“oh iya, Nu  kamu mendapatkan beasiswa dari pemeritah”

“serius pak?” tanyaku tak percaya.

“iya”

Setelah lulus akupun meneruskan ke tingkat SMA. Keadaan di sana jauh berbeda dengan  SMP, Disana teman-temanya baik semua kepadaku, Dalam proses belajar juga tidak ada yang mengandalkan orang lain semua bekerja sendiri. Prestasikupun mulai banyak  di dapatkan dari SMA.

Setahun berlalu, Aku pun naik ke kelas 2. Dikelas 2 aku dipilih  sebagai salah satu pengurus OSIS, 

Kesibukanku mulai bertambah. Tibalah pada penerimaan siswa baru, Sebagai pengurus  aku ikut serta dalam acara itu dan tak disangka  ternyata salah satu siswa barunya yaitu Adit. Tetapi Adit bersikap seolah tidak kenal denganku, Adit  jauh  berbeda  dengan Adit SMP dia pendiam padahal dulu dia penguasa dan jusstru sekarang setelah aku perhatikan dia sering  diejek padahal sebelumnya ia selalu mengejek.

Suatu hari Adit mengajaku bertemu di taman belakang sekolah dan tak kuduga ia meminta maaf  kepadaku atas apa yang dulu ia pernah lakukan kepadaku, Adit sungguh menyesali perbuatanya itu. Setelah ia meminta maaf, Adit dan aku berteman layaknya seorang sahabat.

“Mungkin ini yang di maksud dengan dunia ini berputar” ucapku dalam hati.

Boneka Tobi


BONEKA TOBI

“tok-tok-tok”suara pintu yang diketuk oleh mbaku untuk membangunkan ku. Seperti biasa memang mbaku yang selalu membangunkanku bukan ibuku atau ayahku, pasti karna mereka berdua sudah pergi ke kantor.

Setelah mbaku membangunkanku aku langsung bangun dari mimpi indahku dan bergegas untuk bersiap kesekolah. Setelah itu aku sarapan dan langsung pergi kesekolah diantar oleh pak Bayu. Memang sehari-hari aku diantar kemana saja dengan dia.

Disekolah aku di kenal sebagai anak yang hebat dan cerdas, Karena dari aku kelas 1 sampai sekarang aku selalu dapat nilai sempurna karna setiap guruku memberi soal sebelumnya pasti aku sudah mengetahui isi soal itu, aku mengetahui itu karna ada “teman misteriusku” yang selalu memberi tahu kepadaku aku sering memanggil ia tobi ia boneka tapi bukan boneka biasa, boneka itu di berikan oleh neneku sebelum ia meninggal dunia, boneka itu mempunyai layar di dadanya setiap apa saja yang ditanya dia menjawab dengan tulisan yang tertera di layar itu.

“kamu harus menjaganya, karena boneka itulah yang akan membantumu” ujar nenek ketika memberikan boneka tobi padaku.

“kriiing”tanda pelajaran dimulai, aku mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi akhir-akhir ini aku dijauhi oleh teman-temanku aku sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya. Yang aku curigakan mereka sudah tahu rahasiaku mengapa bisa selalu mendapat nilai sempurna.

“anak-anak besok ada ulangan matematika, jadi kalian harus belajar di rumah”ucap guruku.

“iya, bu”

Pelajaran telah usai waktunya aku dan teman-temanku pulang.

“langsung pulang atau mau kemana dulu nih?”tanya pak bayu

“pak mampir sebentar ke mall, aku mau main di area bermain anak”

“ok”

Selama 1 jam aku bermain akhirnya aku pulang menuju rumah.
Di perjalanan pulang aku sedikit penasaran apa nanti tobi akan memberitahu aku lagi apa tidak ya?

Tiba dirumah aku langsung di sambut oleh mbaku. Tapi aku langsung pergi ke kamarku. Sambil melepas penat aku menyalakan televisi dan akhirnya aku tertidur. Di dalam tidurku aku bermimpi ada seorang wanita tua yang memberi tahuku begini ”jangan mengandalkan orang lain, kamu harus berusaha sendiri atau yang kamu andalkan itu akan membawa  masalah padamu.”

Setelah mimpi aneh itu muncul aku langsung bangun dari tidurku.

“mimpi tadi itu maksudnya apa ya?” tanyaku dalam hati

“apa ini ada hubunganya juga degan tobi?” sudahlah mungkin itu hanya wanita tua yang aneh masuk dalam mimpiku.

1, 2 bulan tak disangka sudah hampir UN teman-temanku sudah sibuk dengan bukunya masing-masing. Tetapi dalam pikiranku ada tobi yang selalu membantuku.   

Sehari sebelum UN  saat aku sedang menonton tv.

“Andien, kenapa kamu tidak belajar?” tanya ibu

“tenang bu, pasti Andien bisa menjawab semua soal dengan baik”ujarku

Untuk menghapus rasa penasaranku tentang soal besok aku langsung bergegas ke kamar untuk menemui tobi. Setelah aku masuk kamar aku tidak menemui tobi. Sudah kucari-cari belum juga menemui tobi.

Pukul 20.00 tobi juga belum di temukan, aku panik bukan kepalang.

“kalau tobi tidak ada bagaimana aku bisa mengisi soal UN besok?”

Setelah aku cari-cari belum juga ketemu, akhirnya aku memutuskan untuk belajar walaupun tidak ada satupun yang ku pahami.

“krriiiiing”bel tanda peserta UN memasuki ruangan masing-masing. Aku benar-benar tidak tahu lagi isi semua soal.

Tiga hari berlalu setelah UN, tiga hari pulapun tobi menghilang dalam kehidupanku. Aku benar-benar tidak tau harus bagaimana lagi. Seminggu berlalu dan orangtua murid mendapat undangan untuk hadir besok dalam acara pengumuman hasil UN. Semalaman aku memikirkan nasib di hari esok.

“Andien, ayo cepat kita kesekolahmu” ajak ayah

“ya”

Sesampainya disekolah sudah ramai orangtua murid di dalam kelas. satu, dua nama siswa dipanggil kedepan oleh bu novi wali kelasku. Sampai akhirnya..

“Andien febyola rahardi” panggil bu novi

Bertapa terkejutnya ayah setelah melihat nilaiku yang begitu jelek

“maaf,pak andien tidak lulus UN”ucap bu novi

 Ayah pun menarik aku masuk ke mobil dan aku langsung menanyakan berbagai macam kepadaku.

“kenapa kamu bisa sampai tidak lulus UN?’

“tobi hilang”

“siapa tobi?”

Oh..ya aku baru ingat ayahkan tidak tahu siapa tobi, Lalu aku menjelaskan siapa itu tobi. 

“Ternyata ayah benar-benar tidak tahu selama ini aku di bantu oleh siapa, mungkin itu salah satu bukti bahwa ayah tidak perhatian sama aku, oleh karna itu aku mempertahankan tobi karna tidak ada yang memberi penjelasan kepadaku apa salah dan benarnya tindakan aku” jelasku

Lalu ayah  meminta maaf kepadaku, ayah juga bernjanji kepadaku agar lebih perhatian kepadaku.
Sesampainya dirumah aku langsung pergi kekamarku, aku jadi mengigat tentang wanita tua yang hadir di mimpiku. Berarti mimpi itu memang benar aku tidak boleh mengandalkan orang lain akibatnya aku terkena masalah.
 

Blogger news

Blogroll

About